HIDUP GURU... HIDUP PGRI... SOLIDARITAS, YES.
Dua hari lagi tepatnya tanggal 25 November 2012, para guru Indonesia akan memperingati hari lahirnya yang ke-67. PGRI adalah satu-satunya organisasi para guru Indonesia dan yang diakui keberadaannya oleh pemerintah. PGRI adalah sebuah organisasi besar, besar dalam jumlah anggota dan besar dalam peran sertanya mencerdaskan kehidupan bangsa. Nah... menjelang hari ulang tahunnya saya mencoba ikut menyebarkan tentang sejarah PGRI, saya percaya tidak sedikit para guru yang belum sempat membaca tentang sejarah PGRI, untuk itu mari kita simak sejarah PGRI berikut ini.
Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di
kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi
pada zaman Belanda berdiri pada tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya
terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah.
Dengan latar pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di
Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib para
anggotanya yang memiliki pangkat, status sosial dan latar belakang pendidikan
yang berbeda. Sejalan dengan keadaan itu maka di samping PGHB berkembang pula
organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru Bantu (PGB), Perserikatan Guru
Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS), Perserikatan Normaalschool
(PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB), disamping organisasi guru yang
bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke
Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging
Van Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs
Genootschap (NIOG) yang beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan
agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang
sejak lama tumbuh, mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan
hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala
HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan
orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin
berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan. Perjuangan guru
tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak
dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional
dengan teriak “merdeka”.
Pada tahun 1932
nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru
Indonesia (PGI). Perubahan nama ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata
“Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh
Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa
Indonesia.
Pada zaman
pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru
Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Semangat
proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada
tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini segala organisasi
dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan,
lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah
--guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan
pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25
November 1945 --seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia-- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan semangat
pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman oleh tentara
Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi
kemerdekaan dengan tiga tujuan :
1. Mempertahankan
dan menyempurnakan Republik Indonesia.
2. Mempertinggi
tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
3.
Membela hak
dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia
menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad perjuangan, dan semangat
persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk
dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi
perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat
unitaristik, dan independen. Untuk itulah
, sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan
Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25
November sebagai Hari Guru Nasional , dan diperingati setiap tahun.
Semoga PGRI, guru dan bangsa Indonesia tetap jaya
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar